Sebagaimana kita ketahui bersama, sampai dengan saat ini, tata kelola sampah belum teraplikasi dengan baik di tingkat masyarakat, sehingga masih banyak warga masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Akibatnya sampah terbawa arus sampai ke muara dan akhirnya masuk ke lautan. Bisa kita bayangkan, berapa banyak jumlah sampah yang hanyut ke lautan setiap harinya, jika 13 sungai yang keseluruhannya bermuara di Teluk Jakarta penuh dengan sampah.
Problematika 'sampah kiriman' yang notabene berasal dari daratan, sudah lama dialami oleh Kepulauan Seribu, yang diantaranya adalah gugusan Pulau Pari. Masalah menjadi bertambah pelik ketika tidak tersedianya lahan yang bisa dijadikan tempat penampungan sampah dan juga sarana dan sumberdaya manusia yang terbatas serta kurangnya keseriusan untuk mengelola sampah dengan baik.
Jika saja hal ini dibiarkan dan hanya dianggap sebagai permasalahan yang tidak perlu masuk dalam skala prioritas, baik oleh pemangku kebijakan di daratan maupun di kepulauan, bencana akibat sampah bukan lagi hanya sekedar khayalan belaka.